“Setiap orang berbicara tentang takdir, tetapi tak seorang pun
yang bisa berbuat terhadapnya.” Atau menurut ungkapan Mark Twain : setiap orang
tahu politik tetapi tak seorang pun yang memahaminya”. Barangkali ada benarnya
juga ungkapan di atas. Setiap orang mengenal apa itu politik walaupun hanya
sebatas tahu, tapi tidak semua orang paham apa itu politik dan apa saja yang
termasuk dalam politik. Kebanyakan orang memandang politik adalah sesuatu yang
kotor dan kejam. Namun terkadang ungkapan ini ada benarnya juga, politik
memanglah kejam, dalam politik untuk memperoleh kekuasaan dapat dilakukan
dengan menghalalkan segala cara.
Pada saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada
tanggal 27 September lalu, Basuki Tjahaja Purnama atau lebih dikenal dengan
Ahok, menjelaskan tentang program-program pemerintah. Namun dalam sambutannya,
Ahok menyinggung sebuah ayat Al-Quran. Adapun kutipan pernyataan Ahok ialah
sebagai berikut: ”Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil
bapak ibu enggak bisa pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai surat al Maidah 51,
macem-macem itu. Itu hak bapak ibu, jadi bapak ibu perasaan enggak bisa pilih
nih karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya.” Sontak akibat
pernyataan tersebut, banyak menimbulkan tanggapan dan sentimen negatif dari
banyak pihak, terutama dari kalangan umat muslim di Indonesia. Sebagaimana yang
disampaikan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) "Statemen saudara
Ahok terhadap Al-Quran tidak pada tempatnya dan dengan cara yang tidak pada
tempatnya. Ini telah melampaui batas dan termasuk perbuatan tercela, sehingga
akan menimbulkan konsekuensi dari pernyataan tersebut".
Ahok memang dikenal sebagai pribadi yang mudah marah dan sering lepas kontrol.
Sikap ini yang seringkali menjadi bumerang bagi dirinya. Seakan-akan Ahok lupa
bahwa politik itu kejam dan menghalalkan segala cara, Ahok dapat dengan mudah
“diserang” oleh lawan-lawan politiknya yang memanfaatkan sikapnya
tersebut. Sebenarnya banyak pihak yang menyayangkan dan mencoba mengingatkan
akan sikap yang dimiliki Ahok ini. Salah satunya ialah Ust. Arifin Ilham,
“Bahasa bapak sangat kasar, dan itu bahasa orang orang yang tidak cerdas dan
terdidik. Menjadi contoh buruk bagi generasi bangsa mulia ini. Sungguh seorang
yang gampang marah menunjukkan dhoful aqli wa
quwwatul hawa, lemahnya akal dan kuatnya nafsu. Sungguh sikap bapak sangat
membahayakan persatuan dan kedamaian bangsa beradab ini, bapak sudah menjadi
provokator kerusuhan, membuat preseden sangat
buruk bagi generasi bangsa ini. Semua sudut dan media mulai semakin menyadari
alangkah bahaya sikap arogansi bapak yang intolerensi ini” Ungkapnya. Memang
benar apa yang dikatakan Ust. Arifin Ilham tersebut, sikap Arogansi Ahok yang
entah disadari atau tidak olehnya bisa menimbulkan perpecahan bangsa, sebagai
buktinya pada kasus yang sedang hangat akhir-akhir ini dimana Ahok diduga telah
melakukan perbuatan penistaan agama. Jika Ahok tidak segera merubah atau
setidaknya mengurangi sikap arogansinya, bukan tidak mungkin kehancuranlah yang
akan ditemuinya, bangsa ini akan semakin menyudutkan dan menyerangnya atas
sikapnya itu.
Nasi sudahlah menjadi bubur, Ahok telah meminta maaf dan menyesali
perbuatannya. Namun sial bagi Ahok, karena Indonesia adalah negara hukum.
Ungkapan Ahok yang telah menghina ayat suci Al-Quran berpotensi terkena jeratan
hukum yang juga akan menghambatnya untuk maju pada Pilkada DKI Jakarta tahun
depan. Karena ini semua telah diatur dalam pasal 156a KUHP tentang penodaan agama.
Sebagaimana dimaksud Pasal 156a KUHP : "Dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau perbuatan: a.Yang pada pokoknya bersifat permusuhan,
penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di
Indonesia." Kecerobohan yang dilakukan Ahok ini tentunya bisa menjadi
pelajaran bagi kita semua agar lebih bijak dan berhati-hati dalam bertindak dan
bertutur kata apalagi berkaitan dengan hal yang sensitif seperti Agama.
0 comments:
Post a Comment